KISAH 'UWAIS AL QORNY
Beliau terlahir dari keluarga yang taat beribadah. Ia tidak pernah
mengenyam pendidikan kecuali dari kedua orang tuanya yang sangat ditaatinya.
Untuk membantu meringankan beban orang tuanya, ia bekerja sebagai penggembala
dan pemelihara ternak upahan. Dalam kehidupan kesehariannya ia lebih banyak
menyendiri dan bergaul hanya dengan sesama penggembala di sekitarnya. Oleh
karenanya, ia tidak dikenal oleh kebanyakan orang disekitarnya, kecuali para
tuan pemilik ternak dan sesamanya, para penggembala.
Hidupnya amat sangat sederhana. Pakaian yang dimiliki hanya yang melekat
di tubuhnya. Setiap harinya ia lalui dengan berlapar-lapar ria. Ia hanya makan
buah kurma dan minum air putih, dan tidak pernah memakan makan yang dimasak
atau diolah. Oleh karenanya, ia merasakan betul derita orang-orang kecil
disekitarnya. Bahkan karena rasa takutnya yang luar biasa kepada ALLOH, mendorongnya untuk selalu
berdoa : “Ya ALLOH, janganlah ENGKAU
menyiksaku, karena ada yang mati karena kelaparan, dan janganlah ENGKAU menyiksaku karena ada yang mati karena
kedinginan.”
Ketaatan dan kecintaannya kepada ALLOH , juga terwujud dalam kecintaannya dan ketaatannya kepada
Rasulullah SAW dan kepada kedua orang
tuanya.
Di siang hari, ia bekerja keras, dan dimalam hari, ia asik bermunajat kepada ALLOH SWT . Hati dan lisannya tidak pernah lepas dari berdzikir dan bacaan ayat-ayat suci Al - Qur’an, meskipun ia sedang bekerja.
Di siang hari, ia bekerja keras, dan dimalam hari, ia asik bermunajat kepada ALLOH SWT . Hati dan lisannya tidak pernah lepas dari berdzikir dan bacaan ayat-ayat suci Al - Qur’an, meskipun ia sedang bekerja.
Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang keistimewaan Uwais disisi
ALLOH kepada Sayyidina Umar RA
dan Sayyidina Ali RA , bahwa dihari kiamat nanti, disaat semua orang dibangkitkan kembali,
Uwais akan memberikan syafaat kepada sejumlah besar umatnya, sebanyak jumlah
domba yang dimiliki Rabi'ah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba
yang banyak). Oleh karena itu, Rasulullah SAW menyarankan kepada mereka berdua
agar menemuinya, menyampaikan salam dari Rasulullah SAW , dan menyuruh mereka
berdua untuk mendoakan keduanya.
Gambaran fisik tentang 'Uwais,
bahwa Beliau memiliki tinggi badan yang sedang dan berambut lebat, dan memiliki
tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan telapak tangannya.
Sejak Rasulullah SAW menyarankan keduanya untuk menemuinya, sejak itu pula keduanya selalu penasaran ingin segera bertemu dengan Uwais. Maka Setiap kali Sayyidina Umar RA, maupun Sayyidina Ali RA bertemu dengan rombongan Kafilah dari negeri Yaman, ia selalu berusaha mencari tahu dimana keberadaan Uwais dari rombongan yang ditemuinya. Namun, keduanya selalu gagal mendapatkan informasi tentang Uwais. Barulah setalah Sayyidina Umar RA diangkat menjadi khalifah, informasi tentang Uwais dapat diperoleh dari serombongan orang Yaman.
Gambaran yang diberikan oleh Kafilah Yaman tersebut : “Ia ('uwais) tampak gila, tinggal sendiri dan tidak bergaul dengan masyarakat. Ia tidak makan apa yang dimakan oleh kebanyakan orang, dan tidak tampak susah atau senang. Ketika orang-orang tersenyum ia menangis, dan ketika orang-orang menangis ia tersenyum”.
Mendengar cerita orang-orang Yaman tersebut, Sayyidina Umar RA dan Sayyidina Ali RA segera berangkat menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang-orang Yaman tadi. Akhirnya, keduanya bertemu dengan Uwais di suatu tempat terpencil.
Al - Imam Abu Nuaim Al - Asfahani menuturkan dialog yang kemudian terjadi antara Sayyidina Umar RA dan Sayyidina Ali RA dengan Uwais Al - Qarani sebagai berikut :
- Umar RA : Apa yang anda kerjakan disini ?
- Uwais : Saya bekerja sebagai penggembala.
- Umar RA : Siapa nama Anda?
- Uwais : Aku adalah hamba ALLOH.
- Umar RA : Kita semua adalah hamba ALLOH, akan tetapi izinkan kami untuk mengetahui anda lebih dekat lagi.
- Uwais : Silahkan saja.
- Umar RA : Setelah kami perhatikan, andalah orang yang pernah diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada kami. Doakan kami dan berilah kami nasehat agar kami memperoleh kebahagiaan dunia dan di akherat kelak.
- Uwais : Saya tidak pernah mendoakan seseorang secara khusus. Setiap hari saya selalu berdoa untuk seluruh umat Islam. Lantas siapa sebenarnya anda berdua .... ?
- Ali RA : Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul Mu’minin, dan saya adalah Ali bin Abi Thalib . Kami berdua disuruh oleh Rasulullah SAW untuk menemui anda dan menyampaikan salam beliau untuk anda.
- Umar RA : Berilah kami nasehat wahai hamba ALLOH ...
- Uwais : Carilah rahmat ALLOH dengan jalan ta’at dan penuh harap dan bertawakkal kepada ALLOH.
- Umar RA : Terimakasih atas nasehat anda yang sangat berharga ini. Sebagai tanda terima kasih kami, kami berharap anda mau menerima seperangkat pakaian dan uang untuk anda pakai.
- Uwais : Terimakasih wahai Amirul mu’minin. Saya sama sekali tidak bermaksud menolak pemberian tuan, tetapi saya tidak membutuhkan apa yang anda berikan itu. Upah yang saya terima adalah 4 dirham itu sudah lebih dari cukup. Lebihnya saya berikan kepada ibuku. Kurasa hidupku tidak akan sampai petang hari dan kalau petang, kurasa tidak akan sampai pada pagi hari. Hatiku selalu mengingat ALLOH dan sangat kecewa bila sampai tidak mengingat - NYA .
Ketika Bani Qaran mulai
mengetahui kedudukan spiritualnya yang demikian tinggi di mata Rasulullah SAW,
mereka kemudian berusaha untuk menemui dan memuliakannya. Akan tetapi, Uwais
yang sehari-harinya hidup penuh dengan kesunyian ini, diam-diam meninggalkan
mereka dan pergi menuju Kufah, melanjutkan hidupnya yang sendiri. Ia memilih
untuk hidup "bersama ALLOH".
Meski Uwais menjalani hidupnya dalam kesendirian dan kesunyian, tetapi pada saat-saat tertentu ia ikut berpartisipasi dalam kegiatan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah SWT. Ketika terjadi perang Shiffin antara Kelompok Sayyidina Ali RA melawan Muawiyah, Uwais berada dipihak Sayyidina Ali RA . Saat umat Islam membebaskan Romawi, Uwais ikut dalam barisan tentara Islam. Saat kembali dari pembebasan tersebut, Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu juga, yakni ditahun 39 H.
Komentar
Posting Komentar