MUQODDIMAH KAJIAN TAUHID
الحمد
لله المبدئ المعيد ، الفعال لما يريد ، الكبير المتعال ، الواحد
بلا مثال الموصوف بكل صفات الجلال والكمال . والصلاة
والسلام علي سيدنا محمد أفضل الرسل والعبيد ، وعلي صاحبه أبي بكر الثابت يوم الردة ثبات
الحديد ، وعلي عمر بن الخطاب القوي في دين
الله الشديد ، وعلي عثمان بن عفان التقي الرشيد ، وعلي الإمام علي بن أبي طالب
مقدم الأهل وبيت القصيد ، وعلي الصحابة والتابعين لهم بإحسان إلي يوم المزيد .
أما
بعد :
Para pembaca
yang saya hormati ...
Tulisan ini adalah tulisan yang di ambil dari cetakan ke –2 buku “Cahaya Iman” , buku pertama yang di tulis oleh Guru kami yakni Ustad Ahmad Mawardi yang telah di revisi setelah ada masukan , kritik dan saran yang sampai kepada Guru kami. Dalam artian, menambahkan beberapa pembicaraan yang memang harus diterangkan lebih dalam.
Hal tersebut membuktikan bahwa, memang permasalahan aqidah yang merupakan masalah pokok agama, telah banyak ditinggalkan orang, sehingga banyak kita dapati seorang muslim hampir sedikit sekali pengetahuannya tentang masalah kepercayaan / aqidahnya sendiri. Ia hampir – hampir tidak faham apa yang akan ditemui nanti dalam alam akhirat dan tahapan – tahapan kehidupannya disana. Juga hal – hal lainnya tentang pengetahuan aqidah Islam , seakan dianggapnya bila seseorang telah beragama Islam, cukuplah hal tersebut bagi dirinya , beragama itu masing – masing saja ...???
Padahal Nabi SAW pernah bersabda, yakni dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al – Imam At – Turmudzi :
" أَتَانِي آتٍ مِنْ عِنْدِ رَبِّي فَخَيَّرَنِي بَيْنَ
أَنْ يُدْخِلَ نِصْفَ أُمَّتِي الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ
وَهِيَ لِمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ
شَيْئًا " .
"Ada yang
mendatangiku dari RABB - ku lalu memberiku pilihan antara separuh dari ummatku
masuk surga atau syafaat lalu aku memilih syafaat, Syafaat tersebut untuk orang
yang meninggal tanpa menyekutukan ALLOH dengan sesuatu apa pun “.
Hadits diatas tegas menyatakan “Bahwa Syafa’at Nabi SAW yang paling minim itu diberikan kepada seseorang yang wafat dengan membawa Iman , tidak tercemar imannya dengan kemusyrikan dan kekufuran”. Tetapi bagaimana mungkin seseorang dapat menjaga imannya, bilamana ia tidak mengetahui rincian dari masalah keimanan yang wajib diyakini oleh seorang mu’min ...? .
Ahlus – Sunnah.
Uraian diatas tersebut adalah kelemahan dari satu sisi... dan dari sisi yang lain yakni ditengah keawaman umat, muncul suatu faham yang kita kenal dengan sebutan "SALAFI - WAHABI". Faham ini sedemikian pesat berkembang dimasyarakat AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH dinegeri kita.
Dengan merambat dimedsos dunia maya, mereka banyak merekrut kalangan awam yang banyak aktif dimedsos dunia maya sebagai pengikut dan pendukung mereka . Sehingga terjadilah keraguan faham Agama / Syariat. Dengan mudahnya kita dengar ungkapan - ungkapan yang dahulu jarang kita dengar, kecuali dari lisan para Ulama kita, yakni ungkapan yang terlontar dari lisan masyarakat awam : " MUSYRIK... KAFIR... AHLI BID'AH... PENYEMBAH KUBUR..." dan ungkapan kotor, vonis tak bertanggung jawab dari seseorang yang baru saja belajar agama. Dua bulan - tiga bulan ikut "dauroh" (dalam istilah kita, disebut ta'lim / ngaji), sudah berani mengkafir - kafirkan Ulama yang puluhan tahun belajar agama, belasan tahun pimpin pesantren.
Diantara faham kesesatan SALAFI - WAHABI
tersebut, mereka bawa metode belajar aqidah yang sama sekali tidak dikenal
pada masa SALAFUS SHOLEH , yakni konsep
"Uluhiyyah - Rububiyyah - Asma' wash shifat", yang tak lain
tak bukan tujuan adalah untuk
mengelabui masyarakat awam, sehingga sesatlah menurut mereka ribuan Ulama
Islam dan jutaan umat tersebab menganut faham
ASY'ARIYYAH - AHLUSSUNNAH yang
telah lebih seribu tahun dianut oleh jutaan umat Islam.
Yang anehnya ... Ulama - ulama Ahlussunnah yang mereka vonis sesat seperti Al - Imam Yahya bin Syarofuddin An - Nawawi RH, Al - Imam Ibnu Hajar Al - 'Asqolani dan yang lainnya, tetap mereka (wahabi) pakai kitab - kitabnya. Karena memang Ulama Wahabi sampai saat ini tidak ada yang pernah mampu untuk menyusun kitab semacam FATHUL BARI (syarah shohih Al - Bukhori ) , atau Al - Adzkar atau yang paling sederhana sekalipun "Al - Arba'in An - Nawawiyyah" . Kerja mereka hanya men "tahrif" (menghapus bagian dari penjelasan yang tidak sesuai dengan faham mereka).
B . Uraian dari contoh
kesesatan faham SALAFI - WAHABI
Adapun pendapat kaum Wahabi yang membagi tauhid kepada tiga bagian; tauhid Ulûhiyyah, tauhid Rubûbiyyah, dan tauhid al-Asmâ’ Wa ash-Shifât adalah bid’ah batil yang menyesatkan. Pembagian tauhid seperti ini sama sekali tidak memiliki dasar, baik dari al-Qur’an, hadits dan tidak ada seorang-pun dari para ulama Salaf atau seorang ulama saja yang kompeten dalam keilmuannya yang membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut. Pembagian tauhid kepada tiga bagian ini adalah pendapat ekstrim dari kaum Musyabbihah masa sekarang; mereka mengaku datang untuk memberantas bid’ah namun sebenarnya mereka adalah orang-orang yang membawa bid’ah.
Di antara dasar yang dapat membuktikan kesesatan pembagian tauhid ini adalah sabda Rasulullah:
أمِرْتُ أنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ
حَتىّ يَشْهَدُوْا أنْ لاَ إلهَ إلاّ اللهُ وَأنّيْ رَسُوْل اللهِ، فَإذَا فَعَلُوْا
ذَلكَ عُصِمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وأمْوَالَهُمْ إلاّ بِحَقّ
(روَاه
البُخَاريّ)
“Aku diperintah untuk
memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (Ilâh) yang
berhak disembah kecuali Allah dan bahwa saya adalah utusan Allah. Jika mereka
melakukan itu maka terpelihara dariku darang-darah mereka dan harta-harta
mereka kecuali karena hak”. (HR al-Bukhari).
Dalam hadits yang baru saja disebutkan, Rasulullah tidak membagi tauhid kepada
tiga bagian, Beliau SAW tidak mengatakan
bahwa seorang yang mengucapkan “Lâ Ilâha Illallâh” saja tidak cukup untuk
dihukumi masuk Islam, tetapi juga harus mengucapkan “Lâ Rabba Illallâh”. Tetapi
makna hadits ialah bahwa seseorang dengan hanya bersaksi dengan mengucapkan “Lâ
Ilâha Illallâh”, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah maka
orang ini telah masuk dalam agama Islam.
Hadits ini adalah hadits mutawatir dari Rasulullah, diriwayatkan oleh sejumlah orang dari kalangan sahabat, termasuk di antaranya oleh sepuluh orang sahabat yang telah medapat kabar gembira akan masuk ke surga. Dan hadits ini telah diriwayatkan oleh al-Imâm al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya.
Dalam majalah Nur al-Islâm, majalah ilmiah bulanan yang diterbitkan oleh para Masyâyikh al-Azhar asy-Syarif Cairo Mesir, terbitan tahun 1352 H, terdapat tulisan yang sangat baik dengan judul “Kritik atas pembagian tauhid kepada Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah” yang telah ditulis oleh asy-Syaikh al-Azhar al-‘Allamâh Yusuf ad-Dajwi al-Azhari (w 1365 H), sebagai berikut :
“Sesungguhnya pembagian
tauhid kepada Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah adalah pembagian yang tidak pernah
dikenal oleh siapapun sebelum Ibn Taimiyah. Artinya, ini adalah bid’ah sesat
yang telah ia munculkannya. Di samping perkara bid’ah, pembagian ini juga
sangat tidak masuk akal, sebagaimana engkau akan lihat dalam tulisan ini. Dahulu,
bila ada seseorang yang hendak masuk Islam, Rasulullah tidak mengatakan
kepadanya bahwa tauhid ada dua macam. Rasulullah tidak pernah mengatakan bahwa
engkau tidak menjadi muslim hingga bertauhid dengan tauhid Ulûhiyyah (selain
Rubûbiyyah), bahkan memberikan isyarat tentang pembagian tauhid ini, walau
dengan hanya satu kata saja, sama sekali tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah. Demikian pula hal ini tidak pernah didengar dari pernyataan ulama
Salaf; yang padahal kaum Musyabbihah sekarang yang membagi-bagi tauhid kepada
Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah tersebut mengaku-aku sebagai pengikut ulama Salaf.
Sama sekali pembagian tauhid ini tidak memiliki arti.
Adapun firman Allah SWT :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَيَقُولَنَّ اللهُ (لقمان: 25)
“Dan jika engkau
bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan seluruh lapisan langit dan
bumi? Maka mereka benar-benar akan menjawab: “Allah” (QS. Luqman: 25)
Ayat ini menceritakan perkataan orang-orang
kafir yang mereka katakan hanya di dalam mulut saja, tidak keluar dari hati
mereka. Mereka berkata demikian itu karena terdesak tidak memiliki jawaban
apapun untuk membantah dalil-dalil kuat dan argumen-argumen yang sangat nyata
(bahwa hanya Allah yang berhak disembah). Bahkan, apa yang mereka katakan
tersebut (pengakuan ketuhanan Allah) ”secuil”-pun tidak ada di dalam hati
mereka, dengan bukti bahwa pada saat yang sama mereka berkata dengan
ucapan-ucapan yang menunjukan kedustaan mereka sendiri. Lihat, bukankah mereka
menetapkan bahwa penciptaan manfaat dan bahaya bukan dari Allah?! Benar, mereka
adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah. Dari mulai perkara-perkara sepele
hingga peristiwa-peristiwa besar mereka yakini bukan dari Allah, bagaimana
mungkin mereka mentauhidkan-Nya?! Lihat misalkan firman Allah tentang
orang-orang kafir yang berkata kepada Nabi Hud AS:
إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ
بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوءٍ (هود: 54)
”Kami katakan bahwa
tidak lain engkau telah diberi keburukan atau dicelakakan oleh sebagian tuhan
kami” . (QS. Hud: 54).
Sementara Ibn Taimiyah berkata bahwa dalam keyakinan orang-orang musyrik tentang sesembahan-sesembahan mereka tersebut tidak memberikan manfaat dan bahaya sedikit-pun. Dari mana Ibn Taimiyah berkata semacam ini?! Bukankah ini berarti ia membangkang kepada apa yang telah difirmankah Allah?! Anda lihat lagi ayat lainnya dari firman Allah tentang perkataan-perkataan orang kafir tersebut:
"
وَجَعَلُوا للهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَاْلأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَذَا
للهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَذَا لِشُرَكَآئِنَا فَمَاكَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلاَيَصِلُ
إِلَى اللهِ وَمَاكَانَ للهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَآئِهِمْ " .
(الأنعام:
136)
”Lalu mereka berkata
sesuai dengan prasangka mereka: ”Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala
kami”. Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak
sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukan bagi Allah maka
sajian-sajian tersebut sampai kepada berhala mereka” (QS. al-An’am: 136).
Lihat, dalam ayat ini orang-orang musyrik
tersebut mendahulukan sesembahan-sesembahan mereka atas Allah dalam
perkara-perkara sepele.
Kemudian lihat lagi ayat
lainnya tentang keyakinan orang-orang musyrik, Allah berkata kepada mereka:
"
و َمَانَرَى مَعَكُمْ شُفَعَآءَكُمُ الَّذِينَ زعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاؤُا "
. (الأنعام: 94)
”Dan Kami tidak melihat
bersama kalian para pemberi syafa’at bagi kalian (sesembahan/berhala) yang kamu
anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu tuhan di antara kamu”(QS. al-An’am: 94).
Dalam ayat ini dengan sangat nyata bahwa orang-orang kafir tersebut berkeyakinan bahwa sesembahan-sesembahan mereka memberikan manfa’at kepada mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka mengagung-agungkan berhala-berhala tersebut.
Lihat, apa yang dikatakan Abu Sufyan; ”dedengkot” orang-orang musyrik di saat perang Uhud, ia berteriak: ”U’lu Hubal” (maha agung Hubal), (Hubal adalah salah satu berhala terbesar mereka). Lalu Rasulullah SAW menjawab teriakan Abu Sufyan: ”Allâh A’lâ Wa Ajall” (Allah maha tinggi derajat-Nya dan Maha Agung).
Anda pahami teks-teks ini semua maka anda
akan paham sejauh mana kesesatan mereka yang membagi tauhid kepada dua bagian
tersebut!! Dan anda akan paham siapa sesungguhnya Ibn Taimiyah yang telah
menyamakan antara orang-orang Islam ahli tauhid dengan orang-orang musyrik para
penyembah berhala tersebut, yang menurutnya mereka semua sama dalam tauhid
Rubûbiyyah!”.
Bukti - bukti lain yang mengindikasikan bahwa salafi – wahabi adalah jelmaan kaum “musyabbihah” (kaum yang menyamakan sifat ALLOH dengan makhluq – NYA) abad ini yakni:
- ALLOH SWT duduk di atas kursi.
- ALLOH SWT duduk dan berada di atas arasy.
- Tempat bagi ALLOH SWT adalah di atas arasy.
- Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat “Ar-Rahman 'alal Arasy Istawa”.
- ALLOH SWT berada di langit.
- ALLOH SWT berada di tempat atas.
- ALLOH bercakap dengan suara.
- ALLOH SWT turun-naik dari satu tempat ke tempat yang lain, dan faham – faham sesat mereka yang lainnya , bahkan ini belum termasuk dalam masalah hukum syariat (fiqih) yang lebih aneh dan ganjil lagi ulama mereka berfatwa.
Maka semoga Risalah singkat tentang masalah
aqidah yang saya susun ini, dapat menjelaskan dasar – dasar masalah keimanan
yang paling penting untuk diketahui dan difahami oleh seorang mu’min. Karena
was–was dan keraguan itu datang kepada hati yang kosong dari iman, kepada
fikiran yang tidak memahami aqidah yang mendalam, sehingga tersesatlah dari
jalan kebenaran ...
وصلي الله علي سيدنا محمد
وعلي آله وأصحابه أجمعين .
والحمد لله رب للعالمين .
Komentar
Posting Komentar